ASAL USUL KRIPIK TEMPE
Kripik Tempe berasal dari Malang, Jawa Timur bahkan sebelum zaman kolonial Belanda. Sebelumnya menurut Serat Centhini, syair tentang perjalanan anak-anak Sunan Kalijaga, tempe berasal dari Jawa Tengah sejak abad 18 sebelum Serat Centhini dipublikasikan. Seiring waktu, olahan tempe meluas dan berkembang semakin kreatif seperti ; bacem, penyet, dan salah satunya adalah kripik tempe. Ide pembuatan kripik tempe sendiri berawal dari efisiensi pasar tempe diluar daerah tanpa harus membawa pulang sisa hasil dagangan yang hanya bertahan satu hari.
Kripik tempe yang umumnya hanya digoreng, lambat laun
semakin variatif misalnya rasa keju, coklat, balado, dan lain-lain. Tempe di
Kota Malang sendiri telah menempati daftar urut cindera mata wisatawan nomor
dua setelah keramik Dinoyo Malang. Kripik tempe memang layak untuk dijadikan
buah tangan karena praktis dan rasa khasnya tidak terdapat di tempat lain di Indonesia.
Meskipun karena keterlambatan atau kesederhanaan memproduksi sehingga tidak
terlinduungi oleh hak cipta produk. Tempe Malang akan tetap berasal dari
Malang, diproduksi di Malang dan menjadi ciri khas Malang.
Tempat yang identik dengan tempe di Kota Malang adalah
Kampung Sanan. Disanalah pengolahan kedelai menjadi tempe hingga kripik tempe
dikerjakan. Nama "Sanan" sendiri berasal dari 'Sana' (pohon
Sanakeling).
Bermula pada awal tahun 1900, ketika itu terdapat
beberapa orang perintis pembuat tempe, salah satunya dan yang paling terkenal
bernama “Mbah Dan (Kasdan)”. Beliau membuat tempe secara tradisional dan
pertama di daerah ‘Dukuh Pandean’ (Kampung Pandean). Pada peta-peta
Belanda tahun 1882-1923, Pandean dan Sanan saling berdekatan. Produksi tempe di
Dukuh Pandean sendiri hanya dijual di daerah ‘Polowijen’ yang pemukiman
penduduknya cukup ramai. Seiring waktu, masing-masing pengrajin tempe di Dukuh
Pandean secara tidak langsung membutuhkan beberapa karyawan karena pesatnya
jumlah pesanan. Munculah cabang-cabang produksi yang meluas hingga wilayah
Dukuh Sanan.
Lantas sekarang ini mengapa tidak ada pengrajin tempe
di Pandean?. Informasi dari para warga senior penduduk Kampung Pandean, bahwa
pengrajin tempe terakhir di Kampung Pandean menikah dan pindah ke Kampung Sanan
serta meneruskan usaha tempe tersebut disana sehingga Kampung Sanan menjadi
sentral penghasil tempe yang ikonik di Kota Malang sampai saat ini.
Sekarang ini dengan berkembangnya teknologi dan
komunikasi, telah dibentuk Paguyuban Pengrajin Tempe dan Keripik Tempe Sanan
yang berisi ratusan pengrajin tempe Sanan. Dengan alat yang lebih canggih,
waktu pembuatan mampu dipangkas hingga 36 jam. Selain itu, tempe juga
mengandung serat pangan, karbohidrat, kalsium, zat besi, vitamin B, protein nabati,
fosfor, dan keratin yang baik untuk tubuh.
Kelezatan tempe dan keripik tempe belum diakui UNESCO,
namun Kota Malang bangga dan tetap melestarikan tradisi kuliner tersebut.
.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar